Minggu, 01 Juli 2012

Pantai Timang dan Gondolanya

Pantai Timang dan Gondolanya


Permah suatu ketika, di pertengahan tahun 2010, aku ikut dalam KKN (Kuliah Kerja Nyata) di desa Purwodadi, Tepus, Gunungkidul. Ketika itu, tujuan pokonya adalah mengembangkan masyarakat di desa tersebut, khususnya di dusun Luweng Ombo, Danggolo dan Sureng.

Tampak depan, balai desa Purwodadi, Tepus, Gunungkidul.

Hal yang diutamakan dari KKN waktu itu adalah mengembangkan kemampuan dan pemahaman masyarakat di ketiga dusun itu agar sadar dan mampu lebih mengembangkan wilayah yang ditinggalinya agar lebih maju dalam pariwisatanya. Karena seperti yang kita tahu, primadona utama di wilayah desa Purwodadi adalah Pantai Siung, yang sudah mempunyai akses jalan aspal yang dapat dilewati mulai dari jalan kaki sampai dengan menggunakan bus besar.

Satu tempat yang patut untuk dikunjungi dari dua dusun, yaitu Luweng Ombo dan Danggolo, adalah pantai Timang. Pantai Timang berjarak sekitar 4 km dari pinggir jalan raya menuju pantai Siung. Dari lapangan bola desa Purwodadi, kita masuk ke barat lewat jalan cor blok. Terus saja mengikuti jalan itu. Sampai di perempatan balai dusun Danggolo, ambil jalan yang lurus, hingga kemudian jalanan cor blok berganti menjadi jalanan kasar dari batuan yang ditata.

Petualangan pun dimulai. Jika memilih naik motor, pastikan motor yang digunakan mampu untuk melewati jalanan yang sangat bergelombang dan licin ketika hujan. Berjalan kaki pun bisa. Dari dusun Danggolo, sekitar 45 menit kita sudah sampai di pantai Timang. Dan berjalan kaki ke pantai bisa dijadikan wisata trekking yang menarik.

Banyak hal yang bisa didapat sepanjang jalan menuju pantai. Masyarakat sekitar, terutama para petani yang sedang ada di sawah pada umumnya ramah kepada semua orang. Dengan saling menyapa, akan tercipta percakapan ringan. Bahkan kadang-kadang, kita juga bisa diajak berteduh dan menikmati minuman hangat di tengah ladang atau sawah ketika mereka sedang beristirahat.

Sekitar separuh perjalanan menuju pantai, kita akan melewati calon hutan wisata, yang oleh masyarakat sekitar disebut Jurug. Disebut demikian karena pada mulanya di tempat itu adalah tempat air terkumpul ketika musim hujan. Dengan air yang cukup banyak, menjadikan tempat itu subur. Dan kemduian oleh masyarakat sekitar dijadikan tempat untuk menanam tetumbuhan yang menurut mereka patut dilestarikan.

Setelah melewati Jurug, jalanan menjadi sedikit lebih curam dibanding sebelumnya. Setidaknya dua turunan yang lumayan menantang untuk bisa sampai pantai. Menantang, karena selain curan, juga jalanan yang belum halus.

Setelah sekitar 45 menit sampai satu jam berjalan kaki, kita akan tiba di pantai Timang. Pantai Timang seperti kebanyakan pantai pada umumnya di Gunungkidul, berpasir putih dan berbatu karang di bagian yang terendam air. Di kejauhan, ombak besar bergulung-gulung masih tetap kelihatan. Di pantai ini, biota laut masih alami. Tidak seperti di pantai Siung yang sudah banyak terjamah oleh wisatawan, pantai ini masih sepi. Dari kejauhan, pantai ini dikelilingi oleh rerumpunan pandan laut. Ada hal yang perlu diperhatikan. Di waktu-waktu tertentu, kadang banyak ubur-ubur yang saking banyaknya, sampai terdampar di pasirnya. Meskipun tidak terlalu lebar, namun pantai ini bisa dijadikan tujuan untuk berkemah sembari menikmati suasana alam pantai.

Satu hal yang mungkin tidak dimiliki pantai lain, sekitar 200 meter di sebelah barat pantai pasir putihnya, ada pulau karang besar yang dihubungkan ke daratan dengan kereta gantung, atau masyarakat sekitar biasa menyebutnya dengan gondola. Pulau itu disebut Pulau Panjang. Jarak antara bibir tebing pantai dengan pulau Panjang sekitar 50 meter. Sebenarnya, kereta gantung itu digunakan masyarakat sekitar untuk transportasi dan kemudian memancing lobster yang banyak terdapat di pulau Panjang. Namun kemudian, karena juga dilirik wisatawan, sarana ini juga bisa dinikmati sebagai wisata minat khusus atau yang ingin memompa adrenalin mereka, dengan menyeberang ke pulau Panjang, di bawahnya ombak lautan lepas menyambar-nyambar. Bagi yang berminat, bisa menghubungi pengelola (kepala dusun) untuk keterangan lebih lanjut. Jika tidak salah, tiap kali penyeberangan ke pulau Panjang dikenakan biaya Rp. 100.000,- untuk wisatawan.

Berwisata ke pantai Timang mengharuskan kita untuk siap segala perbekalannya, karena di sekitar pantai tidak ada penjaja makanan atau pun minuman. Apabila hal ini bisa dilestarikan, maka kealamian lingkungan sekitar juga akan terjaga, karena otomatis tidak ada atau hanya sedikit sampah yang akan ada di tempat itu. Dan dengan lingkungan yang terjaga, maka kita akan bisa menikmati lingkungan alam yang benar-benar alami.

Go green…..

Pulau Panjang, tempat warga sekitar biasa mencari lobster.

Berani menantang maut seperti ini?!

Primadona Pantai Timang.

Jangan lupa mengunjungi :

  1. http://denmasbrindhil.wordpress.com (sumber artikel)

0 komentar:

Posting Komentar